17 April 2015

Untukmu

Aku hanya rindu melantunkan dawai-dawai indah untukmu..di pagi siang dan malamku :-)

Sungguh
Aku sungguh rindu.

14 April 2015

dariku, wanita gila yang pernah ingin bersamamu...

Halo, apa kabarmu?
Aku menulis surat ini untukmu, mesku kutahu aku tidak akan mengirimkannya juga :)
Aku terlalu malu untuk mengakui gejolak perasaanku di hadapanmu. Surat ini hanya berisi curahan hatiku saja yang tidak sepaket dengan rentetan penyesalan di belakangnya.

Ya, aku sudah mengamini bahwa kita memang tidak diciptakan untuk bersama. Lewat surat ini, aku juga sekaligus ingin membersihkan hatiku dari remah-remah kenangan tentang dirimu. Supaya ruangannya menjadi lapang bagi hati milik pria lain yang akan segera datang bersua.

Aku dan kamu sama-sama nyaman menghabiskan waktu hanya berdua, ya itulah yang kurasa. Percakapan tentang apapun kita lahap habis bersama.
Aku yang haus akan wawasan tidak pernah bosan mendengarkan cerita yang kau tuturkan. Membuatmu menjadi tempat tujuanku untuk bertanya tentang apa saja. Kamu juga nampaknya selalu menikmati setiap kelakar yang sesekali aku lontarkan. Gelakmu selalu disusul dengan hayalan nyata yang begitu lekat, membuat hati kita kian dekat.

Aku semakin yakin bahwa kita mampu menjadi pasangan sempurna. Kamu selalu bisa menerka apa mauku dan aku bisa selalu tahu apa inginmu. Kita bagaikan kepingan puzzle yang memang memiliki sisi yang pas untuk disatukan, setidaknya itulah yang kurasa.

Semenjak hari itu setiap malam, aku selalu berdoa pada Sang Maha Segalanya, supaya aku diijinkan merangkai cerita denganmu di masa depan...itu saja yang selalu aku minta..

Tapi ternyata semesta tak mengamini. Sebelum sempat menjalin cerita bersama, kau dan aku harus berjalan sendiri-sendiri. Sakit? Ah, rasanya tak perlu kujelaskan lagi.

 

Dini hari itu merupakan malam terburuk yang pernah kualami. Aku ingat saat itu aku menangis tersedu ketika harus mengakhiri kedekatan kita. Hati ini seperti ada beberapa bagiannya yang patah dan hilang entah kemana. Hatiku limbung dan aku tidak tahu kemana mesti mencari pijakan. Ya, entah mengapa hubungan kita merenggang. Aku tidak tahu apa yang kulakukan sehingga membuatmu berubah. Sejak saat itu, sesak ini menghimpitku. Berhari - hari aku linglung, hilang arah.
Walaupun beruntung hingga sekarang kita masih bertukar cerita, kita seperti dua manusia berbeda yang tidak sama seperti sebelumnya. Tawa hangat dan cerita panjang lebar yang dulu selalu kau tuturkan kini berubah menjadi senyum yang menyakitkan dan satu dua patah sapaan. Kelakar yang dulu selalu kulontarkan juga sekarang hanya mampu tertambat di ujung lidah dan keluar sebagai kata, ‘Halo’ sederhana sedang aku lebih sering termangu menatap layar ponselku berharap suatu saat dering itu adalah kamu.


Walau tidak sempat saling mendampingi, rasanya pertemuan kita tidak harus kusesali. Bagaimanapun, kaulah salah satu persimpangan terindah yang pernah kulalui

 

Aku tahu, semesta memang tidak mengamini kita untuk bersama. Aku dan kamu memang diciptakan untuk bertemu hanya sekejap saja. Namun, kamu adalah cerita indah yang pernah aku temui. Terimakasih karena sudah mengajarkanku banyak hal dan membuka mataku akan wawasan baru.
Kini aku  berusaha berlapang dada.
Sekali lagi, terimakasih sudah pernah datang bersua di kehidupanku yang sekarang.
Semoga kamu bahagia dengan siapapun manusia yang ada di pelukanmu saat ini.











Dariku,
wanita gila yang pernah menambatkan hati padamu.

 

 







7 Februari 2015

Hujan dan malam

Apa yang lebih menarik dari hujan malam ini?
Satu hal yang harus ku syukuri hari ini. Tuhan Yang Maha Baik masih mengizinkanku bicara denganmu, mendengar suaramu, aku tertawa dan kamu menggerutu merutuki hari yang lalu saat aku alpa dengan telponmu.

Ah.

Aku kira kau sudah lupa padaku,




Mr. Idiot.
:)

6 Februari 2015

Untukmu yang selama ini hanya bisa kukagumi dari jauh

Untukmu yang selama ini hanya bisa kukagumi dari jauh,
Apa kabarmu sekarang?
Ah, aneh sekali aku ini. Sebenarnya kenapa pula aku harus repot bertanya? Toh sejujurnya aku sudah
tahu kabar beritamu. Setiap pagi, setelah ibadah dan bebersih badan, membaca lini masa dan ceritamu di media sosial jadi kebiasaan yang tak pernah kulewatkan walaupun belakangan ini sudah jarang terisi. Kalau saja kau menemukan tulisan ini dan tahu bahwa kata-kata yang sedang kau baca adalah tentangmu kujamin kau hanya akan terkekeh pelan mengetahui betapa picisannya aku.
Rasanya aku tak keberatan kalau harus kehabisan makanan hingga tak bisa sarapan.
Selama masih bisa mengetahui kabarmu, lapar sepertinyamasih bisa kutahan.
Tapi untuk hari ini, aku ingin kau tahu sesuatu. Aku tak peduli jika kau bilang aku pecundang. Kau juga
boleh menganggapku orang yang tak punya keberanian. Saat kalimat pengakuan hanya bisa kuucapkan  dengan terbata, izinkan tulisan ini jadi perantaranya.

Sampai hari ini aku masih ingat suara tawamu yang renyah.
Bagaimana ujung matamu berkerut menyipit Ketika tersenyum lebar.
Aku merasa kau orang yang menyenangkan. Aku ingin mengenalmu lebih dalam. Aku merasa senyuman itu untukku :)
Tapi bukankah jatuh hati memang selalu sepaket dengan kebiasaan menduga-duga?
Cinta sering mengaburkan logika dan membuat kita jadi manusia yang lihai memanipulasi fakta.
Mulai saat itu, aku ingin menciptakan momen agar kita bisa kembali bersama. Memendam rasa seperti ini
kadang membuatku merasa gila.
Mengagumimu sekian lama, tanpa sadar membentukku jadi pengamat tingkat dewa.

Buatku, ujian berat adalah saat kau dan aku harus duduk berhadapan : mau tak mau harus saling berpandangan. 
Aku khawatir kau bisa menangkap binar lain dari mataku.
Jika kau pandangi dengan dalam sekian lama, bisa-bisa rasa yang selama ini hanya kupegang erat tumpah — menguak ke udara. Aroma cinta yang telah kulipat rapi sekian lama tak bisa kujamin tak sampai ke hidungmu yang hanya sejengkal dekatnya.
Meski tanpa harus saling memandang mata, ketahuilah bahwa kau dan hal-hal kecil tentangmu tak pernah tersingkir dari kepala. Kebiasaanmu menunda jika soal kesehatan. Sudahkah batuk yang datang
setiap kau kelelahan itu kau konsultasikan?
Menyukaimu sekian lama memang membuatku jadi orang yang pintar membaca pertanda..
Kau barangkali tak menyadari betapa aku memperhatikanmu. Kau memang tak perlu tahu. Cukuplah kupastikan hidupmu mulus berjalan dan tak kekurangan. Hanya memandangmu dari jauh pun, aku tak pernah keberatan.
Kata teman-temanku aku memang sudah jatuh cinta padamu.
Kadang aku heran, apakah cinta memang selalu segila ini?
Kuakui. Sesekali pikiranku melayang begitu saja ke suatu tempat yang kuharap bisa dinamai “Kita”

Orang bilang pengharapan adalah sumber sakit hati yang paling tak terelakkan. Dan aku, adalah orang
keras kepala yang rela pasang badan untuk menerima sakit yang kelak berdatangan. Jujur, aku sering
membayangkan bagaimana rasanya jika kelak kita bisa bersama.
Menyatukan 2 ke-aku-an kita jadi satu “kita” yang tak terpisah spasi dan jeda.

Jika “kita” itu memang ada. Kuharap, langkah yang kuambil saat ini memang mengarah ke sana. Kau
memang selalu mengisi pikiranku. Aku ingin melakukan ini dan itu. Tapi pada akhirnya jalan terbaik menurutku adalah diam, mengamatimu, sembari terus membawa namamu dalam dawai-dawai doa nan bisu.
Menyayangimu tanpa pernah mengungkapkannya — membuatku tahu: cinta yang paling baik adalah cinta yang tetap sederhana Maafkan aku yang tidak bisa berbuat apa-apa.  Sebelum jatuh hati padamu tanpa rencana, kupikir cinta selalu dipenuhi cokelat-warna pink-dan bunga. Aku tak pernah sadar bahwa sebaik-baik cinta adalah rasa yang tetap membumi dan sederhana. Aku merasa bisa mendampingimu yang sedah butuh pegangan. Melihatmu dalam titik hidup yang paling rendah membuatku tahu.
Kebahagiaanku bukan semata bersumber pada keberhasilan untuk memilikimu. Melihatmu cukup dan genap saja sudah membuatku mengucap syukur yang tak ada habisnya. Bisa memilikimu adalah bonus dari sekian banyak rapal doa yang tak pernah alpa kukirimkan di penghujung-penghujung malam.
Jika toh aku harus merelakanmu, paling tidak aku pernah mengusahakanmu dalam pengharapan.
Bersama atau tidaknya kita nanti, kau tetap perlu tahu. Kehadiranmu tak pernah kusesali. Keberadaanmu
mengajarkanku banyak hal yang harus kusyukuri Bersama atau tidaknya kita nanti…..

Sebagai manusia biasa, tentu aku ingin kita bisa bersama. Sudah terbayangkann betapa menyenangkannya hari-hari waktu kamu selalu bisa ditemukan di sisi. Tapi jika pun rencana dan harapan itu tak terwujud, keberadaanmu tak pernah kusesali.
Kau mengajarkanku bahwa cinta adalah perkara memberi.
Menjadi sebaik-baik pribadi, tanpa perlu khawatir apakah kasih yang sebesar itu akan kembali.
Kehadiranmu membuatku percaya. Bahwa cinta selalu berada di bawah tanganNya yang paling kuasa. Beberapa hal perlu diusahakan, namun hasil akhirnya hanya butuh diserahkan.
Mencintaimu dalam diam sekian lama membuat mataku terbuka: begitu banyak bentuk usaha yang bisa dilakukan di luar merayu dan mengobral janji manis belaka.
Terima kasih, sudah pernah ada.
Terima kasih atas pelajaran yang kau bawa tanpa harus mencekokiku dengan ceramah yang berentet panjangnya.
Jika kelak kita bersatu, tak perlu kau khawatir. Kau mendapatkanku, orang yang selama ini dalam diam terus
mendoakan berbagai kebaikan untukmu. Namun jika takdir kita memang bukan jadi satu — kau pun harus camkan ini dalam kepalamu. Doa-doa itu tak pernah hilang. Apapun yang terjadi, kamu tak akan kehilangan seorang pemohon kebaikan yang handal.
Selamat melanjutkan perjalanan.
Semoga kelak kita bertemu di satu persimpangan yang memang telah tertakdirkan.


Teruntuk Mr. F
Dariku,
Yang dalam diam selalu

mengagumimu. :)

15 Juli 2014

(Bukan) Tangis itu lagi.

Bukan.

Bukan perpisahan kita yang kutangisi.
Bukan kepergianmu yang kutangisi.
Bukan kehilangan perhatianmu yang kutangisi.
Bukan kehilangan cintamu yang kutangisi.
Bukan keegoisanmu yang kutangisi.
Bukan pernikahanmu dengan dia yang kutangisi.

Bukan.
Samasekali bukan itu.

Yang kutangisi hanya sesal.

Sesal, mengapa aku mengenalmu?
Mengapa aku menjalin hubungan denganmu?
Mengapa sampai beberapa tahun aku masih bersamamu?
Mengapa aku mau bertahan denganmu sampai saat itu?
Mengapa aku tidak mematuhi nasehat orangtuaku?
Mengapa aku keras kepala lebih memilihmu?
Mengapa aku sampai mencintaimu?
Mengapa aku mengorbankan hidupku untuk lelaki sepertimu?
Mengapa aku lebih memilih kamu daripada orang orang disekitarku yang jelas jelas lebih menyayangiku daripada kamu?
Mengapa aku mencintai lelaki yang mudah sekali menyakitiku?
Mengapa tak dari dulu aku sadar bahwa kamu tidak mencintaiku?
Mengapa tidak dari dulu aku mengahiri hubungan denganmu?
Mengapa aku mau menerima cintamu?
Mengapa aku mencintai orang yang tidak tau berterima kasih?

Kamu.
Kamu.
Kamu dengan tulus menyakiti aku.
Sejak dulu. Aku tau.
Tapi mataku buta.
Telingaku tuli.
Mulutku bisu.
Semua organ organku membelamu.
Membelamu!
Membela orang yang jelas jelas tidak punya hati.

Aku bodoh.
Aku terbodohi ulahmu.

Sudah.
Sudah.
Cukup.

Aku harus menata hidupku.

Pergi.
Pergi saja kamu.
Menghilanglah sampai aku tak bisa melihatmu lagi.

Pergilah.

3 Juli 2014

Diorama biru #1

Memang sulit melupakan pengkhianatannya, tapi tetap lebih mudah daripada terus hidup dalam kepalsuan bersamanya.

Sudahlah.
Move away, move on, and move up!
Menjauhlah, teruskanlah
kehidupanmu, dan naiklah!
Tuhan bersama orang2 yang move on... Aamiin.

29 Juni 2014

Besar Pasak daripada Tiang

"Kendalikan Ingin &
Gengsi Anda, karena Ingin &
Gengsi yang tidak dikendalikan
cenderung akan membuat Anda jadi boros."
(Safir Senduk)

Mak jleb banget nih. -.-
Dihari hari tua seperti inih.... disaat2 dompet cuma tinggal gambar pahlawan Pattimura dan Pangeran Antasari beberapa lembar.. (hadeuhhh)
Saya mrasa tersindir.. (alhamdulillah..;)
iyah gegara sebulan inih pngeluaran saya yassalam.. bnyak beutt,, nyicil n beli barang2 yang mnurut org ga guna (which is masio ra dituku yo ra kiro mati kan??) Iya, saya beli mixer (lg promo bokk),, bli pisau set oxone yg unyu2 itu :* (warnanya kerennn beutt),, bli baju online shop, bli flatshoes jins,, bli pulsa (yakk masio jomblo tetep butuh pulsa buat ngenet kan ;), beli aksesoris lucuk2, jajan di pasarmalem, beli kosmet ala korea (pingin kliatan putih,,walopun cuma muka doang XP) dan saya nyante banget dengan muka tanpa dosa beli beli beliiiii membabi butaaa seolah lupa sama cicilan nano spray yg kurang 3x,,, omaigatt. -.-

Trus masih harus ngurusi surat ijin kerja bidan,, beli aksesoris IBI (yaowoh opo kui aksesoris? Lencana profesi iku loo *LOL)
Pastine kluar duwit y kan :(
Untung gajiannya dpercepat *horee!,, tp ya gitu.. nyicil nano nano lg blom lunas kan ;) hehehe,, mo minjem duit ortu,, samasama bokek kata mama *ohohooo..bokek berjamaah -.-

Dan ini semua karena saya kalap..khilapp...*mesti wes.
Dan saya selalu ikut terhasut menTemenTe saya yg beli2,, saya ngikut beli jugak *mesti wes
Yang seharusnya saya bsa ngirit n nabung..jadinyaaa...
Ah sudahlah. Udah kepake jugak.

Apa harusnya saya pake jasa konsultan keuangan aja yak? -.- tp kayanya saya gak kaya2 amat.. n duit yg saya kelola *jiah* juga ga banyak2 amat.. dan saya juga ga kuat ngongkosin konsultan keuangan *palagi yg smacam Bapak Safir Senduk :-P,, jadinya ya (terpaksa) saya yg harus berusaha nge'lem (melekatkan) lembaran2 rupiah supaya ga kabur lagi ninggalin dompet sayahh..hahhaaa *ketawa setan

Harusnya barang2 tadi kan ga perlu saya beli,, ga urgent sangat gitchu,, ibarat kata, kan dipakenya juga so so *dipake kaga sering2 amat.. intinya saya harus bisa irit yak?

Sebenernya waktu esde dulu udh pernah diajarin pribahasa Besar pasak daripada tiang,, it means banyakan pengeluaran daripada pemasukan,, ya kayak saya inii *jangan ditiru
Saya takut kalo kalo saya terus terusan boros kayak gini saya bisa bangkrut dengan secepat cepatnyaaaaa,,, kyaaaaa 0_O)

Kadang saya heran sama orang2 yg dgn gampangnya beli2 sesuatu yg menurut saya ga penting *gue juga kalee*,, tapi mreka nyante2 aja tuh ga blingsatan kaya saya yg bokeknya keterusan gini. Ya kalee mreka orang kaya banyak harta.. dompet tebal, asset melimpah,, sedangkan saya cuma pegawe magang biasa yang dapet gaji seikhlasnya,, dan langsung habis seketika *mak jlebb

Okelah,, udah waktunya yukk menata lagi strategi untuk hemat bin ngiritttt untuk beberapa bulan kedepan *seenggaknya sampe cicilan nano nano lunas ya cin ;-)
lagian saya takut nanti kalo saya keasyikan boros,, bakal dikomplain sama suami n mertua..
**nanti kalo udah nikah**

Sekian.

~Salam Jempol maniss :-*